Toko Buku Online Terlengkap

Thursday, December 03, 2009

HARGA SUATU KEBENARAN Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. > Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain > sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan > penjual kain sedang berdebat. > > Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?” > > Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah > diperdebatkan lagi.” > > Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa > minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. > Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.” > > Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?” > > Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong > untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?” > > Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.” > > Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah > Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil > tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” > > Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar > Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada > pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. > > Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. > Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar > darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu > isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui > pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, > dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di > bawah pohon. Dan jangan membunuh.” Yan Hui bilang, “Baiklah,” lalu berangkat > pulang. > > Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya > sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi > tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti > kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, > petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang > pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba > dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia > menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia > meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di > sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau > menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. > Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah > adik istrinya. > > Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: > “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: > “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya > guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi > dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan > membunuh”. Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah > kagum.” Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan > keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin > guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi > jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan > itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau > kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?” > > Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih > utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” > Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya. > > Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh > dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu > bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah > kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. > Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi > akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. > > Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah > yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang. > > Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat > kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti) > > Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat > penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti) > > Bersikeras melawan istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Istri > tidak mau menghirau kamu, semua harus “do it yourself”) > > Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. > (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman) > >

No comments:

Post a Comment

Your Comments