Toko Buku Online Terlengkap

Wednesday, December 14, 2011


Memimpin Dengan Karakter Pribadi

Lucu juga ya kalau mendengar orang yang mengerutu tentang atasannya. Dulu saya sering mendengarnya di toilet atau di lorong bawah tangga tempat orang-orang merokok. Sekarang, kita bisa menyimaknya lewat facebook, twitter, atau milist. Nyata sekali jika banyak orang yang dihargai hanya karena mereka memiliki posisi lebih tinggi. Jika Anda mempunyai posisi tinggi, maka perlulah juga untuk bertanya pada diri sendiri; apakah orang-orang yang Anda pimpin benar-benar menghargai ‘diri Anda’ atau ‘posisi Anda’?  Apakah itu penting? Kalau bagi saya itu penting. Bagi Anda? Silakan tentukan sendiri.

Puji Tuhan, saya pernah mendapatkan kesempatan untuk berperan sebagai pemimpin dalam beberapa tingkatan. Selain di kantor, juga sebagai Ketua salah satu ormawa di kampus. Ternyata, peran yang paling menantang adalah menjalankan amanah sebagai Ketua ormawa. Di kantor, semuanya jelas, dan setiap orang yang saya pimpin memahami makna hirarki. Sebagai pemimpin di kantor saya memiliki kewenangan yang mengikat setiap orang dalam team. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memimpin dengan karakter pribadi, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1.      Belajar memimpin sebelum menjadi pemimpin. Ini adalah pelajaran yang sangat mendasar sekali. Banyak orang yang merasa dirinya bukan pemimpin hanya gara-gara mereka belum memiliki anak buah. Makanya, kebanyakan anak buah tidak memperlihatkan kemampuannya dalam memimpin. Padahal, justru ketika belum menjadi pemimpin itulah kita harus belajar menjadi pemimpin. Anda harus belajar menerbangkan pesawat sebelum menjadi pilot; bukan sesudahnya. Ini yang sering tidak disadari orang. Makanya, nunggu aja sampai nanti jadi pemimpin. Kalau masa itu datang. Kalau tidak? Seumur hidup bakal jadi follower terus. Kalau ternyata ada ‘nasib mujur’ kita menjadi pemimpin, ya cuma bakal jadi pemimpin yang bingung dan jadi bulan-bulanan bawahan. Sebelum Anda punya anak buah adalah saat yang tepat untuk belajar memimpin. Caranya? Sederhana saja; tampil menjadi pribadi yang penuh inisiatif, berperilaku positif, dan proaktif dalam setiap aktivitas di team Anda. Teman-teman selevel Anda itu adalah ‘media’ bagi Anda untuk belajar memimpin orang lain. Jika dapat tugas dari atasan, pastikan hasil punya Anda lebih cepat, lebih tepat, dan lebih akurat. Jika teman Anda kesulitan, bantu mereka menyelesaikannya. Jika teman Anda tidak kompak bangun kebersamaan diantara mereka. Sekarang, Anda sudah belajar menjadi pemimpin bagi mereka. Padahal, Anda bukan atasannya, kan?

2.      Belajar memimpin tanpa otoritas. Saya serius mengatakan ini; belajarlah memimpin tanpa otoritas. Semua terori kepemimpinan yang Anda pelajari mengajarkan bahwa tidak ada kepemimpinan tanpa otoritas. Setidaknya, begitulah system nilai yang kita dapatkan selama ini. Hari ini, saya mengatakan kepada Anda untuk belajar memimpin tanpa otoritas. Mana bisa? Bisa. Percayalah; kita sudah terlalu lama terkungkung oleh paradigm kepemimpinan structural yang formal. Padahal seperti namanya, kempemimpinan formal sering hanya bisa menghasilkan formalitas saja. “Ya.., gue formalitas aja minta tanda tangannya. Dia kan managernya. Yang ngerti seluk beluknya sih bukan dia…” sounds familiar? Atau, ada orang yang menggerutu ketika mendapatkan tugas dari atasannya. Jadi, bagaimana caranya untuk memimpin tanpa otoritas itu? Sederhana juga; Anda ‘mengirimi’ orang-orang yang memiliki otoritas itu dengan ide-ide brilian Anda. Dengan masukan dan gagasan yang berkualitas tinggi. Jika Anda berhasil, maka orang yang punya otoritas itu akan menerima dan menggunakan ide Anda. Lalu apa yang terjadi? Hal-hal yang bisa diwujudkannya adalah ‘apa yang Anda inginkan’. Bukankah prinsip kepemimpinan itu adalah mendapatkan hasil melalui kerja orang lain? Anda, telah mendapatkan hasil melalui kerja orang-orang yang punya otoritas. So, who is the boss then?.

3.      Belajar memimpin untuk melayani. Coba perhatikan, betapa banyak pemimpin yang maunya dilayani oleh anak buah. Gak aci! Tapi, yang seperti itu banyak sekali. Menjadi pemimpin itu bukan untuk dilayani, justru untuk melayani orang-orang yang kita pimpin. Amanah yang Anda emban itu adalah untuk menjadi abdi mereka. Apalagi jika Anda adalah pemimpin lembaga Negara? Duh, betapa kedudukan Anda itu diberikan oleh rakyat yang memilih Anda. Nek sampeyan malah lupa diri itu lha keterlaluan toh Rek. Pemimpin di perusahaan juga sama. Jika Anda Manager, maka tugas Anda adalah melayani anak buah Anda supaya mereka bisa menghasilkan kinerja yang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Anda berkewajiban melayani mereka untuk belajar dan mengembangkan diri. Anda bertugas untuk melayani mereka memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan begitu banyak hal lagi yang wajib Anda tunaikan. Contohlah para Nabi ketika memimpin umatnya. Mereka melayani loh, bukan dilayani. Mereka menghibur pengikutnya yang sedih. Mengobati yang sakit. Meringankan beban yang berat. Kita, sering keliru memilih idola pemimpin. Sehingga sekarang, kita sering mengira bahwa menjadi pemimpin itu identik dengan mobil mewah, rumah megah, tongkrongan gagah, dan pemasukan melimpah. Hey, ingatlah. Para Nabi mencontohkan kita untuk menjadi pelayan bagi orang-orang yang kita pimpin. Maka jadikanlah mereka sebagai teladan dalam memimpin.

4.      Semuanya berlipat untuk para pemimpin. Orang mengatakan bahwa segala hal baik menjadi berlipat-lipat bagi para pemimpin. Gaji, fasilitas, tunjangan, penghargaan. Semuanya berlipat. Wajar. Karena tanggungjawabnya juga semakin besar. Sekalipun tanggungjawabnya semakin besar, namun orang jarang gentar untuk menerima jabatan sebagai pembesar. Bahkan banyak sekali yang mengejar-ngejar. Padahal, tidak hanya hal baik saja lho yang berlipat. Hal buruk pun berlipat. Jika seorang pemimpin melakukan kesalahan, maka nilai pertanggunjawabannya juga lebih besar dibandingkan jika kesalahan itu dilakukan oleh bawahannya. Hal itu wajar juga kan? Sayangnya, inilah justru yang sering tidak kita sadari.  Ketika mengejar suatu jabatan tertentu, benak kita sering sudah terlampau penuh dengan bayangan tentang ‘kenikmatannya’. Enah jadi boss. Ya memang enak. Tapi, mengira bahwa menjadi boss itu bisa seenaknya? Hmmh, berhati-hatilah. Sebab, bagi orang-orang yang mengerti, menjadi pemimpin itu adalah sebuah amanah yang nilai pertanggungjawabannya tidaklah ringan berkali-kali lipat.

5.      Luruskan niat dalam memimpin. Tidak ada salahnya kok memiliki impian untuk menjadi pemimpin. Sewaktu bekerja dulu, saya pun sangat berambisi untuk menjadi pemimpin. Bagaimanapun juga, itu adalah indikasi tentang seberapa mampu saya membangun karir. Saya percaya bahwa setiap pribadi wajib menjadi dirinya unggul. Maka menapaki jenjang karir yang tinggi boleh jadi merupakan salah satu cara menunaikan kewajiban itu. Tetapi, eh ada tetapinya. Kita perlu memiliki niat yang lurus saat mengejar dan menjalankan fungsi kepemimpinan itu. Jika niat Anda hanya untuk mengejar uang, maka Anda bakal dikelilingi nafsu untuk mengeruk sebanyak mungkin uang. Padahal, pemimpin itu sangat dekat dengan gudang uang. Berbahaya. Jika niat Anda untuk ‘menunjukkan siapa gua!’, maka Anda akan terjebak kesombongan yang sama seperti ketika dulu Iblis membangkang Adam. Tetapi, jika Anda berniat untuk memberikan kontribusi lebih banyak bagi orang lain. Bagi perusahaan. Bagi masyarakat. Bagi bangsa dan Negara. Maka Anda pun pasti akan mendapatkan kecukupan materi sesuai hak dan tanggungjawab Anda. Insya Allah akan dicukupkan dunia Anda. Namun lebih dari itu; Anda – pasti – memperoleh kecukupan di sisi Tuhan. Tuan dan Nona, siapa lagi yang akan kita temui setelah kita mati selain Sang Pemilik Diri ini? Jika Anda yakin atas hari pertemuan denganNya, maka mari kita luruskan niat dalam mengejar dan menjalankan jabatan kita hanya untuk sesuatu yang disukai olehNya.

Guru kehidupan saya mengingatkan bawa hari hisab atau saat perhitungan amal itu akan menjadi hari yang sangat berat. Bagaimana tidak berat. Ketika akan melakukan ujian akhir semester saja kita stressnya minta ampun. Sekarang, kita akan diadili dihadapan Tuhan. Beranikah Anda untuk tidak deg-degan? ”Namun,” begitu kata guru kehidupan saya; ”Ada beberapa jenis orang yang akan dimudahkan prosesnya. Diantara mereka yang sedikit itu adalah para pemimpin yang adil”.  Duh, saya pernah mendapat amanah untuk menjadi pemimpin. Meskipun dalam lingkup yang sangat kecil. Adakah praktek dan perilaku kepemimpinan yang dulu saya tunaikan itu menjadikan ringan masa penghisaban saya? Ataukah justru saya termasuk manusia yang dipersulit dihari pengadilan tertinggi itu karena semasa hidup saya menyalahgunakan amanah ini? Bagaimana dengan Anda? Mari kita benahi cara memimpin kita. Mumpung masih ada kesempatan untuk memperbaikinya. Sekarang.

Mari Berbagi Semangat!
Catatan Kepala: ”Pemimpin yang handal sanggup menanggalkan kekuatan jabatannya, lalu memimpin dengan mengedepankan karakter pribadinya.”
cetak halaman ini

Thursday, November 10, 2011

BETAPA BERNILAINYA ANDA

Pada suatu ketika, di sebuah taman kecil ada seorang kakek. Di dekat kaket tersebut terdapat beberapa anak yang sedang asyik bermain pasir, membentuk lingkaran. Kakek itu lalu menghampiri mereka, dan berkata:
“Siapa diantara kalian yang mau uang Rp. 50.000!!” Semua anak itu terhenti bermain dan serempak mengacungkan tangan sambil memasang muka manis penuh senyum dan harap. Kakek lalu berkata, “Kakek akan memberikan uang ini, setelah kalian semua melihat ini dulu.”
Kakek tersebut lalu meremas-remas uang itu hingga lusuh. Di remasnya terus hingga beberapa saat. Ia lalu kembali bertanya “Siapa yang masih mau dengan uang ini lusuh ini?” Anak-anak itu tetap bersemangat mengacungkan tangan.
“Tapi,, kalau kakek injak bagaimana? “. Lalu, kakek itu menjatuhkan uang itu ke pasir dan menginjaknya dengan sepatu. Di pijak dan di tekannya dengan keras uang itu hingga kotor. Beberapa saat, Ia lalu mengambil kembali uang itu. Dan kakek kembali bertanya: “Siapa yang masih mau uang ini?”

Tetap saja. Anak-anak itu mengacungkan jari mereka. Bahkan hingga mengundang perhatian setiap orang. Kini hampir semua yang ada di taman itu mengacungkan tangan. :)

Rekan2 semua, cerita diatas sangatlah sederhana. Namun kita dapat belajar sesuatu yang sangat berharga dari cerita itu. Apapun yang dilakukan oleh si Kakek, semua anak akan tetap menginginkan uang itu, Kenapa? karena tindakan kakek itu tak akan mengurangi nilai dari uang yang di hadiahkan. Uang itu tetap berharga Rp. 50.000

Seringkali, dalam hidup ini, kita merasa lusuh, kotor, tertekan, tidak berarti, terinjak, tak kuasa atas apa yang terjadi pada sekeliling kita, atas segala keputusan yang telah kita ambil, kita merasa rapuh. Kita juga kerap mengeluh atas semua ujian yang di berikan-Nya. Kita seringkali merasa tak berguna, tak berharga di mata orang lain. Kita merasa di sepelekan, di acuhkan dan tak dipedulikan oleh keluarga, teman, bahkan oleh lingkungan kita.
Namun, percayalah, apapun yang terjadi, atau *bakal terjadi*, kita tak akan pernah kehilangan nilai kita di mata Allah. Bagi-Nya, lusuh, kotor, tertekan, ternoda, selalu ada saat untuk ampunan dan maaf. Asalkan kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai integritas, pastinya kita tetap tak ternilai di mata Allah.

Monday, October 10, 2011

TUGAS-1 ADVANCE ACCOUNTING
Firma AB mencatatkan saldo laba Rp. 300.000.000, dan atas peran masing-masing sekutu disepakati akan diberikan gaji selama 1 tahun terakhir sebesar Rp. 6 juta per bulan untuk Tuan Abud dan Rp. 5 juta per bulan untuk Tn. Bagong. Disepakati pula bahwa diberikan bunga 6% p.a atas investasi masing-masing sekutu. Investasi Tn. Abud disetor dalam 3 kali, yaitu: Rp. 150 juta (bulan Januari), 150 juta (Februari), 105 juta (Maret), sedang investasi Tn. Bagong disetor sekali sebesar Rp. 355.000.000.
Hitunglah besarnya distribusi laba untuk masing-masing sekutu, dan buatlah ayat jurnal yang diperlukan.  
cetak halaman ini

Wednesday, August 10, 2011

THE DANCING LEADER

The Dancing Leader? Apa pula itu? Pemimpin macam apa pula ini? Padahal sudah banyak dikenal bermacam-macam model pemimpin. Saya coba ambil buku “Paradigma Baru Kepemimpinan”. Dari buku itu saja, dapat kita temukan 27 model kepemimpinan seperti Kepemimpinan yang berani, Kepemimpinan Super hingga Kepemimpinan Emosional.
Menariknya, banyak pakar menggunakan cara yang sama tetapi berbeda kesimpulannya. Secara umum ditandai dengan kalimat, “…setelah mewawancarai ratusan bahkan ribuan pemimpin maka saya menyimpulkan pemimpin adalah….”. Mengapa demikian? Pada dasarnya, kepemimpinan adalah fenomena unik, digeneralisasi pun akan tetap sampai pada kesimpulan yang unik pula.
The dancing leader bukanlah salah satu teori kepemimpinan. Bukan sebuah model kepemimpinan baru. Tidak lagi menambah model kepemimpinan yang sudah banyak. Sama sekali bukan. The dancing leader adalah sebuah teori tindakan (action theory) yang memfasilitasi setiap pelaku untuk menyadari dan menciptakan model kepemimpinannya yang unik.

Apa yang terbayang dibenak anda ketika mendengar kata menari? Anak kecil yang bebas menari? Agnes monica yang menyanyi sambil menari? Penari jawa yang gemulai? Dancing with wolves-nya Kevin Costner? Pretty woman? Kebebasan? Harmoni? Keindahan? (terima kasih buat pak eko, mbak agnes, mas helmi, mas kusnan, mas heri we, mbak ria) Apapun. Bayangkan gambaran yang muncul mengenai menari.
Menari pasti bersangkut paut dengan gerakan (movement) atau rangkaian tindakan. Suatu gerakan sepenuh hati oleh seseorang dalam mengekspresikan diri untuk tujuan personal, sosial atau spiritual. Untuk memainkan sebuah tarian, orang harus menjadi diri sendiri dan melakukannya dengan sepenuh. Menari karena ingin menari. Bukan karena tujuan diluar menari. Entah itu uang. Atau tepukan penonton. Menari berarti menyelaraskan seluruh kapasitas diri. Menari berarti menyelaraskan kapasitas diri dan kapasitas penari yang lain dengan musik pengiring.
Karena ekspresi diri, setiap tarian bersifat otentik. Sebagian orang lebih menyukai tarian samba yang lebih bergelora, orang yang lain memilih memainkan tarian bedoyo yang lebih kalem. Bahkan sebuah gerakan tarian yang sama, dimainkan dengan cara yang berbeda oleh setiap orang. Kita pun bisa menciptakan tarian kita sendiri.
Menjadi seorang penari berarti menjadi orang yang dinamis. Penari bertindak, berupa langkah-langkah yang berulang maupun lirikan mata yang mengundang. Gerakan yang selaras dengan suatu irama dan dengan gerakan penari lain. Penari bergerak mengikuti suatu pakem secara bebas. Fleksibel dalam koridor.
Apapun tariannya pastilah atraktif. Menarik hati. Tetapi penari sejati, tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain untuk menarik perhatian, memaksa orang lain mengikuti gerakannya. Terakhir, setiap tarian menenangkan jiwa. Entah dengan mengekspresikan kegembiraan. Entah dengan menghayati sebuah penderitaan. Entah dengan menampilkan kemarahan yang paling seronok.
Dan terciptalah tarian terindah!
Begitu pula dengan seorang pemimpin sebagai penari. Pemimpin melakukan kepemimpinan dengan sepenuh hati. Setiap orang mempunyai gaya kepemimpinannya yang khas, memainkan tariannya sendiri. Tak heran, kita jadi mengenal begitu banyak model kepemimpinan, yang sesungguhnya semuanya itu sama-sama benar. Kepemimpinannya ditandai dengan adanya tindakan yang ritmis. Pemimpin bukannya mereka yang berdiam diri semata. Ketika menemui tantangan, pemimpin menghadapinya secara fleksibel tetapi tetap dalam koridor. Pemimpin pun harus atraktif, menarik hati orang-orang disekitarnya. Sekaligus, bisa menggembirakan, menenangkan dalam keadaan tertekan, maupun marah dalam situasi yang tepat.
Lalu, apa gunanya the dancing leader? Dalam bekerja, kita berjumpa dengan berbagai perubahan. Perubahan rekan kerja, bawahan, atasan, proses produksi, lingkungan kerja, aturan pemerintah, tugas baru, tuntutan customer, dan yang lainnya. Apabila elemen-elemen itu merupakan sebuah ritme musik, maka seorang penari luwes menarikan tarian yang selaras dengan ritme musik. Mungkin memainkan tari saman. Atau tari yosim pancar. Apapun. Selama sang penari itu menghayati tarian tersebut. Tarian yang membuat dirinya tetap menjadi diri sendiri. Sehingga, hasilnya sebuah tarian yang indah. Tarian yang memuaskan diri sekaligus para penonton.
Begitulah the dancing leader. Ia lihai menciptakan gerak antisipatif terhadap perubahan yang dihadapi. Mungkin ia akan memainkan kepemimpinan super dalam menghadapi tuntutan customer. Di lain waktu, ia akan memainkan kepemimpinan emosional dalam menghadapi bawahan yang keras kepala. Atau, bisa jadi ia akan mengkombinasikan dua model kepemimpinan. Apapun modelnya, ia tetap bisa menikmati mode kepemimpinan itu. Model kepemimpinan yang membuatnya tetap menjadi diri sendiri. Sehingga, ia tetap enjoy dengan kehidupan dan kepemimpinannya, sekaligus ia memuaskan para stakeholder.

Sungguh menakjubkan apabila setiap waktu, di setiap tempat di organisasi, kita bisa menyaksikan berbagai tarian yang menawan. Lebih dalam lagi, mengingat kata-kata berikut:
Talk about dance? Dance is not something to talk about. Dance is to dance. ~Peter Saint James
Maka kita hentikan pembahasan. Siapkan hati. Bergerak. Bergerak. Bergerak. Mengikuti irama hati. Memainkan tarian tercantik kita!
(Source: Majalah People and Bussiness)

cetak halaman ini

Wednesday, April 20, 2011

DAYA SAING ORGANISASI YANG MENURUN
Dr Jagdish N Sheth, dalam bukunya, mengungkapkan 7 kebiasaan yang membuat perusahaan unggulan menjadi tumbang, yaitu:
  1. Penyangkalan terhadap realitas baru
  2. Rasa bangga berlebihan
  3. Rasa puas diri
  4. Ketergantungan pada kompetensi inti
  5. Cadok mata dalam melihat kompetisi
  6. Struktur raksasa
  7. Memacu produksi yang menimbulkan inefisiensi biaya
Memastikan Keunggulan Organisasi 
iDr Jagdish N Sheth, dalam bukunya, mengungkapkan 7 kebiasaan yang membuat perusahaan unggulan menjadi tumbang, yaitu:
  1. Penyangkalan terhadap realitas baru
  2. Rasa bangga berlebihan
  3. Rasa puas diri
  4. Ketergantungan pada kompetensi inti
  5. Cadok mata dalam melihat kompetisi
  6. Struktur raksasa
  7. Memacu produksi yang menimbulkan inefisiensi biaya
Bagaimana Appreciative Inquiry menjawab 7 tantangan tersebut? Bagaimana tepatnya, Appreciative Inquiry memastikan keunggulan organisasi?

Appreciative Inquiry bicara mengenai generative, bagaimana sebuah perusahaan menciptakan tujuan, metode, cara dan produk yang melahirkan kehidupan bersama yang diidamkan. Bagaikan anak kecil, kita terus mencari tahu, menyelidiki dengan penuh ketakjuban. Seolah-olah baru mengenal dunia, kita terbuka terhadap berbagai kemungkinan, keragaman dan perbedaan. Mengajukan berbagai pertanyaan ajaib yang mengejutkan dan mencairkan kebekuan berpikir orang dewasa. Kita akan terus belajar mengenai segala sesuatu.
Bagaimana pertanyaan yang kita lontarkan dalam kehidupan kerja kita? Ketika di ruang rapat. Ketika di kantin. Ketika di lorong. Apa yang menjadi fokus? Kita terbiasa mengajukan pertanyaan yang berorientasi pada masa lalu, mengungkap sebab-akibat suatu kejadian dan cenderung defisit. Pada titik ini, Appreciative Inquiry mengajarkan pentingnya bersikap apresiatif. Bersyukur. Menghargai. Memberi nilai tambah terhadap diri, rekan, supllier, customer, stakeholoder lain, shareholder bahkan kompetitor. Penyelidikan mengenai apa yang berharga, baik di masa lalu sebagai sejarah kita, masa kini sebagai konsteks tindakan kita dan masa depan sebagai arah yang dituju.
Organisasi yang apresiatif (appresiatif organization) kemudian mempunyai beberapa ciri khas yang menarik, yaitu:
1. Pengorganisasian berbasis inti positif
Organisasi apresiatif berbasis kekuatan. Efektivitas organisasi lahir dari sinergi berbagai kekuatan dan aspirasi dalam organisasi maupun dengan lingkungan organisasi. Contoh sederhana, anggota organisasi menghargai nilai-nilai pencapaian prestasi. Seluruh aktivitas, sistem dan cara kerja, sistem dan cara kerja berdasar pada prestasi. Ketika nilai yang berkembang, kekeluargaan, senioritas dan harmoni maka 3 nilai itu pula yang menjadi pijakan manajemen organisasi. Inti positif menjadi dasar sekaligus batas bagi organisasi. Organisasi tidak akan melakukan sesuatu yang berada diluar inti positifnya.
Inti positif ini merupakan keunggulan organisasi, sekaligus peran kolaboratif dibandingkan kompetitor langsung, maupun organisasi lain. Inti positif bukan sesuatu yang pasti, yang diterima begitu saja. Inti positif adalah sesuatu yang terus dicari, dikaji, dipertajam. Tepatnya, pada saat organisasi melakukan perencanaan strategisnya.
2. Memelihara budaya pembelajaran yang apresiatif
Organisasi yang apresiatif mencari tahu apa yang berharga baik di dalam organisasi maupun di luar organisasi. Keahlian, kapasitas, kesempatan dicari dan dipelajari secara sungguh-sungguh sehingga individu maupun organisasi mendapatkan manfaat. Ketika budaya ini berkembang maka organisasi menjadi fleksibel dalam mengantisipasi berbagai perubahan yang terjadi. Tidak cukup memandang dari posisi manajemen puncak, organisasi juga mengetahui cara pandang anggota, supllier, customer, kompetitor dan stakeholder lain. Kekayaan cara pandang ini menjadi tolok ukur kompleksitas kognitif organisasi. Simpelnya, tanda organisasi yang cerdas. Tidak sempit.
3. Memastikan perubahan positif
Organisasi yang apresiatif berkomitmen terjadinya perubahan positif yang terus menerus. Perubahan tidak hanya menjadi reaksi terhadap lingkungan eksternal. Perubahan juga menjadi manifestasi aspirasi seluruh anggota organisasi. Organisasi berubah menjadi proaktif, tidak sekedar reaktif. Belajar dari masa lalu, kemudian bersyukur dan bangga atasnya. Belajar dari masa depan, kemudian menciptakan kemungkinan-kemungkinan baru.
4. Membebaskan aspirasi dan energi setiap orang
Organisasi yang apresiatif menghargai keragaman aspirasi dan cara berekspresi. Selalu dibuka ruang dan kesempatan bagi setiap orang menyampaikan aspirasi terdalam dan memberikan konstribusi terbaiknya. Karyawan tidak dipandang sebagai orang yang dibayar organisasi untuk mengerjakan suatu tugas. Karyawan adalah mereka yang telah menetapkan pilihan untuk memberikan konstribusi pada organisasi.
5. Memicu lahirnya pemimpin yang apresiatif
Organisasi yang apresiatif menciptakan pemimpin yang apresiatif. Mereka adalah orang yang menghargai potensi dan kapasitas bawahan maupun reka kerja. Pemimpin yang menggugah orang lain, mengajukan pertanyaan positif, bersama yang lain mengimajinasikan sebuah dunia idaman, dan menciptakan berbagai kemungkinan. Pemimpin yang menginpirasi yang lain untuk melakukan tindakan dengan impian terdalam dalam hati masing-masing.
6. Mendorong bisnis berperan sebagai agen kesejahteraan dunia
Organisasi yang apresiatif adalah agen kesejahteraan dunia. Membantu orang-orang untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Bekerja mencapai sukses pada tiga titik pijak yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

cetak halaman ini
Penulis merupakan praktisi organisasi,strategic & management accounting

Monday, March 07, 2011

MENJAGA HARAPAN

"In all things it is better to hope than to despair. - Dalam segala hal, selalu lebih baik jika memiliki harapan daripada putus harapan." [Johan Wolfgang von Goethe]
Ide tulisan ini terinspirasi oleh kisah dua orang pria yang sedang sakit. Keduanya dirawat di dalam ruangan yang sama. Salah satu pasien yang berada di dekat jendela senang menceritakan tentang banyak hal menyenangkan yang ia saksikan di luar jendela. Pasien yang berada di ranjang lain dan hanya dapat berbaring merasa senang dan hidupnya terasa lebih berwarna oleh cerita-cerita tersebut, karena seakan dapat melihat dunia yang indah.


Pasien yang senang bercerita itu tidak lama kemudian meninggal dunia. Lalu pasien yang hanya dapat berbaring itu mendapat kesempatan berbaring di ranjang yang berdekatan dengan jendela. Akan tetapi ia kaget karena di balik jendela itu hanyalah dinding kosong belaka. Ia pun mencoba menanyakan hal tersebut. "(Cerita-ceritanya) mungkin hanya ingin membesarkan hati Anda," jawab salah seorang perawat.

Kisah tersebut menjelaskan betapa pentingnya sebuah harapan bagi kelangsungan hidup seseorang. Tak seorangpun dapat mengelak kebutuhan untuk menjaga harapannya. Bahkan pepatah bijak menyebutkan, "Manusia dapat bertahan hidup selama 40 hari tanpa makan, 3 hari tanpa air, 8 menit tanpa udara, tetapi hanya dapat bertahan hidup 1 detik tanpa harapan."

Sebab ketika seseorang kehilangan harapan, itu dapat menyebabkan depresi berat, kondisi kesehatan fisik atau mental menurun, tak mampu mengontrol emosi lalu melakukan perbuatan negatif, bahkan bunuh diri. Padahal dipandang dari banyak hal, kehidupan mereka sebenarnya mungkin masih jauh lebih baik dibandingkan kebanyakan orang. Jadi sebaiknya jangan sampai Anda memupuskan harapan, sebab implikasi negatifnya begitu besar.

Para ahli menyatakan bahwa pola berpikir yang positif akan membantu kita menjaga harapan tetap menyala. Sehingga kita tetap memiliki semangat hidup yang tinggi dan mampu bersikap lebih cerdas, walaupun sedang ditimpa cobaan hidup yang berat misalnya berupa sakit parah, terlilit hutang, putus cinta, dan lain sebagainya. Dengan fokus pada segala sesuatu yang positif dan menyenangkan, maka neuron dalam otak kita akan aktif dan perasaan kita akan terbawa senang dan optimis.

Shakespeare mengatakan, "Nothing is either good or bad but our thinking makes it so. - Tak ada sesuatu yang baik atau buruk, kecuali kita berpikir begitu." Tetapi memang tidak mudah untuk menjaga harapan tetap menyala. Jika memang Anda masih merasa kesulitan (menjaga harapan), mungkin beberapa tips berikut ini dapat membantu.

Pertama: meningkatkan kekuatan spiritual dengan beribadah sesuai agama masing-masing. Kekuatan spiritual akan membantu kita mampu mensyukuri kehidupan yang kita nikmati sekarang. Dengan selalu bersyukur, kita akan senantiasa menyapa harapan, merasa gembira setiap hari, tetap fokus pada pemecahan masalah dan waspada.

Kedua adalah melakukan afirmasi, yaitu mengulangi beberapa kalimat setiap hari hingga mempengaruhi pikiran bawah sadar. Salah satu contoh kalimat afirmasi untuk membantu Anda menumbuhkan harapan adalah ‘Saya pasti menemukan jalan.' Jika kalimat-kalimat dalam afirmasi tersebut tertanam dalam pikiran bawah sadar, itu akan mempengaruhi pikiran menjadi lebih optimis bahkan memberikan kekuatan untuk melakukan langkah-langkah solusi.

Ketiga: berusahalah untuk selalu belajar dari setiap proses kehidupan, entah dalam fase kehidupan senang atau pahit sekalipun. "Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow," kata Albert Einstein. Belajar dari proses kehidupan itu sangat penting agar menjadi lebih bijak dalam menggunakan waktu. Sebab masih banyak kesempatan dan peluang yang dapat kita lakukan untuk menjadikan kehidupan ini lebih baik dan berarti bagi diri sendiri maupun orang lain.

Jagalah harapan Anda, tak peduli meskipun Anda sedang dirundung masalah atau sedang sakit parah. Jadikanlah apa yang Anda miliki sekarang, entah kebahagiaan atau kesedihan, sebagai ‘bensin' untuk menggerakkan diri Anda melakukan sesuatu yang lebih baik dari hari ke hari. Kata Kenji Miyazawa (1896-1933), seorang pujangga dan penulis dari Jepang, "Kita harus merangkul rasa sakit dan membakarnya sebagai energi dalam perjalanan hidup kita."

Banyak sekali yang dapat kita peroleh jika kita konsisten menjaga harapan tetap hidup. Apalagi jika keberadaan kita juga dapat menjadikan harapan orang lain hidup kembali. Membangkitkan harapan adalah cara yang sangat ampuh untuk membantu orang lain dan salah satu hadiah terbesar yang dapat kita berikan. Mungkin beberapa hal berikut ini dapat kita lakukan untuk membantu membangkitkan harapan orang lain.

Pertama adalah memberikan contoh sikap positif. Perilaku dan perkataan Anda mungkin dapat menginspirasi orang lain untuk tetap optimis dan memiliki harapan yang tinggi. Sehingga mereka kembali bersemangat dan berusaha mencoba sampai impian mereka menjadi kenyataan.

Selain itu jangan segan meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang dirasakan orang lain dan sampaikan rasa empati. Tetapi jangan terlalu berfokus pada kehidupan mereka. Lakukanlah kebaikan sesuai dengan kemampuan.

Kepedulian seperti itu, walaupun kecil, mungkin menjadi secercah harapan bagi orang lain. Tetapi jangan kecewa jika apa yang Anda lakukan tidak dapat menciptakan perubahan, karena mungkin masih membutuhkan proses dan waktu.

Menjaga harapan diri kita sendiri maupun orang lain sama-sama penting, sebab tidak ada seorangpun dalam kehidupan ini yang selalu hidup penuh harapan. Jika kita mampu menjaga harapan tetap hidup, berarti kita meninggalkan kehidupan yang menyedihkan. Dengan segudang harapan yang besar, kita pasti selalu siap menatap hari-hari dengan optimis dan bahagia. (Author: Andrew Ho)
 

Sunday, February 27, 2011

HIDUP BERKELIMPAHAN
Sejenak setelah anda membaca judul diatas, pasti anda membayangkan bahwa hidup berkelimpahan adalah hidup yang bergelimangan harta dan sangat menyenangkan secara duniawi. Pada awalnya sayapun mempunyai jawaban yang sama dengan anda. Namun bukan itu makna sebenarnya, namun setelah saya hubungkan dengan pengalaman hidup yang saya jalani, arti dari judul diatas tidaklah demikian.
Kita semua tentu mengenal Beethoven, Van Googh, dan tokoh-tokoh terkenal lainnya. Mereka semua sudah tiada, namun nama mereka selalu dikenal hingga generasi sekarang. Mereka tidak pernah memperkirakan bahwa nama mereka akan terkenal. Meski mereka sudah tiada, tapi karya mereka mampu menghidupi orang-orang yang masih hidup hingga saat ini. Namun bagaimana dengan generasi saat ini? Tidak kita pungkiri bahwa memang hidup ini penuh dengan perjuangan, persaingan yang tidak sehat. Masing-masing berusaha saling menjatuhkan, hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa perlu menghiraukan orang lain.
 Mereka yang sukses hanya untuk kepentingannya sendiri bukanlah termasuk dalam hidup yang berkelimpahan. Mereka ini tidak mampu membuat orang lain merasakan hal yang sama dengan yang mereka rasakan. Berikut contoh konkrit lain sesuai dengan kondisi saat ini.
Di sebuah airport, seorang sopir taxi membukakan pintu mobil bagi penumpangnya dan memastikan bahwa penumpangnya telah duduk dengan nyaman di dalam. Begitu penumpangnya duduk, sopir taxi tersebut menawarkan beberapa koran untuk dibaca, serta menawarkan beberapa kaset dan menyakan jenis music apa yang disukai. Penumpang taxi tersebut terkejut dengan pelayanan yang diberikan, dan seraya berpikir apakah saya dijebak dalam sebuah acara reality show televisi?’’tanyanya dalam hati.
Dengan penasaran penumpang tersebut bertanya kepada sopir taxi, “Wah, kelihatannya anda sangat senang sekali dengan pekerjaan anda, tentunya anda mempunyai cerita yang panjang mengenai pekerjaan anda ini”. “Anda salah”, jawab sopir tersebut. “Dulu saya bekerja di salah satu perusahaan multinasioanal. Tetapi saya merasa letih karena berapapun kerasnya usaha untuk menjadi yang terbaik dalam perusahaan itu, ternyata tidak pernah memuaskan hati saya. Kemudian saya memutuskan untuk mengambil sebuah langkah dimana saya merasa bangga dan puas karena mampu menjadi diri saya yang terbaik. “Saya tahu saya takkan pernah menjadi ilmuwan roket”, tetapi saya suka sekali mengendarai mobil dan memberikan pelayanan pada orang lain. Saya ingin merasa saya telah melakukan pekerjaan yang terbaik bagi dirinya dan orang lain. Saya merenungi apa yang jadi kelebihan diri saya, dan…saya memutuskan untuk menjadi sopir taxi.
Ini sebuah pelajaran yang luar biasa, bahwa sopir taxi ini sudah mencapai tahap hidup yang berkelimpahan. Apapun profesi anda apakah itu karyawan, guru, dosen, konsultan, tetaplah berikan yang terbaik dan menyenangkan. 
Semoga bermanfaat
cetak halaman ini

Thursday, February 24, 2011

DIRECT COSTING & FULL COSTING
Direct Costing Method
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variable saja atau yang berpengaruh langsung dengan volume produksi.
Direct costing juga sering disebut variable costing atau marginal costing. Direct costing memfokuskan perhatian pada product dan biaya-biaya yang secara langsung dapat ditelusuri terhadap perubahan dalam aktivitas produksi.
Titik perhatian tersebut diarahkan pada:
  1. Manfaat internal, seperti: perencanaan laba, penetapan harga, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan.
  2. Manfaat external, seperti: pelaporan keuangan dan income determination.
Karakteristik metode Direct / Variable Costing
  1. Biaya overhead pabrik tetap (fixed FOH) diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsure harga pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
  2. Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku terjual, fixed FOH tidak melekat pada persediaan tersebut, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
  3. Penundaan pembebanan suatu biaya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Manfaat metode Direct Costing
Laporan keuangan yang disusun berdasar metode direct costing bermanfaat bagi manajemen untuk:
1.                  Perencanaan laba jangka pendek
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan, sehingga hanya biaya variable yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen.
Laporan laba-rugi menyajikan dua ukuran penting: (1) Contribution Margin (Laba Kontribusi) dan  (2) Operating Leverage.
Contoh:
Sales                :           $          1000
Variable cost   :                       (600)
Contibution Margin:                  400
            Fixed cost       :                         (300) 
            Operating Income :     $             100                 
            % Contribution Margin =        CM / Sales
                                                  =        400 / 1000      
                                                  =        40 %
Operating Leverage = CM / Operating Income
                                                 =         400 / 100
                                                 =         4 x (empat kali)
Misal, dalam rencana anggaran diputuskan untuk menaikkan harga jual 12%. Maka dampak dari kenaikan ini terhadap laba jangka pendek dapat ditentukan:
12% x 40% = 4,8%
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variable yang memungkinkan manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume, dan laba.
2.                  Pengendalian Biaya
Biaya tetap dalam direct costing dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan, yakni: discretionary fixed cost dan committed fixed cost.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berprilaku tetap karena kebijakan manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.
Committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik, peralatan, dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat dikendalikan oleh manajemen.
3.                  Pengambilan Keputusan
Pihak manajemen dengan menggunakan metode direct costing dapat menentukan pengambilan keputusan misal dalam hal pesanan khusus.
Full Costing Method
Merupakan metode penetuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berperilaku tetap maupun variable terhadap produk. Metode Full Costing juga dikenal dengan Absortion atau Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai akibat pada:
  1. Perhitungan harga pokok produksi (COGS)
  2. Penyajian laporan laba-rugi
Perhitungan COGS dengan metode Full Costing:
Direct material                        $          XXX
Direct Labor                            $          XXX
Fixed FOH                              $          XXX
Variable FOH                         $          XXX    +
COGS                         $          XXXX
Karakteristik Metode Full Costing
  1. Biaya overhead pabrik baik yang bersifat variable maupun tetap, dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead yang sesungguhnya.
  2. Selisih FOH akan timbul apabila FOH yang dibebankan berbeda dengan FOH yang sesungguhnya terjadi.
FOH budget > FOH actual = Over-applied
FOH budget < FOH actual = Under-applied
  1. Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses maupun produk jadi).
  2. Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual.

Demikian uraian mengenai Direct Costing & Full Costing, andalah yang menetukan metode mana yang tepat digunakan oleh perusahaan anda.

cetak halaman ini

Friday, February 18, 2011

MENGASAH KAPAK

Alkisah ada seorang penebang pohon yang sangat kuat.
Dia melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan dia mendapatkannya.
Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik.
Karenanya sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin.

Sang majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerjanya.
Hari pertama sang penebang pohon berhasil merobohkan 18 batang pohon.
Sang majikan sangat terkesan dan berkata, “Bagus, bekerjalah seperti itu!”
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari sang penebang
pohon bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon.
Hari ketiga dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. 

Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit.
“Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku”, pikir penebang pohon itu.
Dia menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak
mengerti apa yang terjadi.
“Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?” sang majikan bertanya.
“Mengasah? Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak.
Saya sangat sibuk mengapak pohon,” katanya.

Kehidupan kita sama seperti itu.
Seringkali kita sangat sibuk sehingga tidak lagi mempunyai
waktu untuk mengasah kapak.
“Di masa sekarang ini, banyak orang lebih sibuk dari sebelumnya,
tetapi mereka lebih tidak berbahagia dari sebelumnya.”
Mengapa? Mungkinkah kita telah lupa bagaimana caranya untuk tetap tajam?
Tidaklah salah dengan aktivitas dan kerja keras.
Tetapi tidaklah seharusnya kita sedemikian sibuknya sehingga mengabaikan
hal-hal yang sebenarnya sangat penting dalam hidup, seperti kehidupan
pribadi, menyediakan waktu untuk membaca, dan lain sebagainya.
Kita semua membutuhkan waktu untuk tenang, untuk berpikir dan
merenung, untuk belajar dan bertumbuh.
Bila kita tidak mempunyai waktu untuk mengasah kapak, kita akan tumpul dan
kehilangan efektifitas.

Jadi mulai dari sekarang, pikirkanlah cara bekerja yang lebih efektif dan
menambahkan banyak nilai ke dalamnya.
cetak halaman ini

Your Comments