Toko Buku Online Terlengkap

Wednesday, December 09, 2009

SEBUAH PENSIL

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat .

"Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?"
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

"Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai."
"Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti" ujar si nenek lagi.
Mendengar jawab ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

"Tapi nek sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya." Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini."
"Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini."
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

"Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalo kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".
"Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".
"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".
"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".


Thursday, December 03, 2009

HARGA SUATU KEBENARAN Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. > Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain > sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan > penjual kain sedang berdebat. > > Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?” > > Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat, 3×8 = 24, tidak usah > diperdebatkan lagi.” > > Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa > minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. > Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.” > > Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah, bagaimana?” > > Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong > untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?” > > Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.” > > Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah > Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil > tertawa: “3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” > > Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar > Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada > pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. > > Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. > Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar > darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu > isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui > pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, > dan memberi Yan Hui dua nasehat : “Bila hujan lebat, janganlah berteduh di > bawah pohon. Dan jangan membunuh.” Yan Hui bilang, “Baiklah,” lalu berangkat > pulang. > > Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya > sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi > tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti > kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, > petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang > pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba > dirumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia > menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia > meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di > sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau > menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. > Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur disamping istrinya adalah > adik istrinya. > > Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: > “Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi?” Confusius berkata: > “Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya > guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi > dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan > membunuh”. Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah > kagum.” Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan > keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin > guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi > jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan > itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau > kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?” > > Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih > utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” > Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya. > > Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh > dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu > bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah > kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. > Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi > akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. > > Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah > yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang. > > Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat > kita kasih sample barang lagi, kita akan mengerti) > > Bersikeras melawan boss. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat > penilaian bonus akhir tahun, kita akan mengerti) > > Bersikeras melawan istri. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Istri > tidak mau menghirau kamu, semua harus “do it yourself”) > > Bersikeras melawan teman. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. > (Bisa-bisa kita kehilangan seorang teman) > >

Your Comments